Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mainan Anak Yang Tepat Usia

Mainan anak tidak boleh sembarangan, harus disesuaikan dengan usianya

Sebenarnya, anak selalu bisa bermain apa saja dan terhibur dengan apa saja. Mulai dari crayon (dan warna-warna yang ditimbulkannya), sprei, remote televisi, dan sebagainya. Tapi, bila tidak disesuaikan dengan usianya, mainan-mainan itu akan kurang efektif dalam merangsang perkembangan otaknya. Sayang sekali, bukan?

Maka beberapa ahli pendidikan mencoba memetakan beberapa mainan untuk buah hati Anda sesuai dengan tumbuh kembangnya. Tentu saja, tidak harus saklek diterapkan. Namun setidaknya, Anda mendapat gambaran tentang mainan yang tepat untuk sang Anak.

Mainan untuk Anak 1-2 tahun

Pada usia ini, anak mulai meniru bunyi-bunyian yang ia dengar. Maka di rumah, rajin-rajinlah mengajaknya mengobrol untuk merangsang perkembangan bahasanya. Salah satunya dengan memberinya mainan yang bisa “berbicara”.

Anak juga mulai mampu berjalan sendiri. Dia akan mengeksplorasi ke seluruh penjuru ruangan. Kalau diajak ke minimarket, tangannya akan berusaha mengambili benda-benda berwarna-warni yang berjajar rapi di sana. Anak juga gemar melempar atau memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya.

Jenis mainan yang direkomendasikan dalam rentang usia ini: audio book, laptop bersuara, balok susun, mainan yang bisa bergerak atau didorong, dll.

Mainan untuk Anak 2-3 tahun

Di sini, anak memerlukan berbagai mainan yang melatih aspek emosinya. Anak juga mulai mencoba berlari, melompat, memanjat kursi, melangkah mundur, ke samping, menendang bola, dan sebagainya.

Anak 2-3 tahun juga mulai bisa menunjukkan ekspresi senang, sedih, kecewa, marah, bahkan mengamuk (tantrum). Dia belum bisa mengelola perasaan-perasaan itu. Jadi harusnya, orangtua membantunya dalam mengenali serta menyalurkan emosi dengan benar. Anda bisa melakukannya dengan cara mendongeng atau lewat permainan imajinatif.

Jenis mainan yang direkomendasikan: bola tendang, alat pendukung permainan peran (seperti dokter, pilot, dsb), boneka tangan (sebagai media mendongeng), buku cerita, puzzle sederhana, dan sebagainya.

Mainan untuk anak 3-4 tahun

Anak Anda sudah mampu berbicara panjang dan jelas. Tinggal bagaimana melatih aspek sosial dan kemampuan empatinya. Dia mulai tertarik kepada lingkungannya, khususnya teman-teman seusianya. Anak tidak lagi malu dalam berinteraksi dengan orang lain, di luar keluarga kecilnya.

Tugas Anda, bantu si kecil bersosialisasi agar tumbuh menjadi anak yang hebat dan percaya diri. Anda bisa mendorongnya untuk bermain bersama teman sekolah atau tetangganya, dan menyediakan aneka permainan yang lebih asyik bila dimainkan minimal oleh dua orang.

Jenis mainan yang direkomendasikan: Bola lempar-tangkap, raket, balap mobil-mobilan, dan permainan-permainan yang memerlukan dua orang. Tapi sebaiknya jangan game ponsel, tablet atau komputer.

Mainan untuk anak 4-5 tahun

Mulai usia ini, anak biasanya sudah mulai bersekolah (berkelompok main). Perkembangannya akan lebih berfokus pada aspek kognitif atau pembelajaran. Mereka sudah mulai mengenal huruf, angka, dan ilmu pengetahuan lainnya.

Tapi jangan diforsir untuk calistung (baca-tulis-hitung), karena itu porsinya anak di atas enam tahun (SD). Jadi, utamakan mainan-mainan edukatif yang menyenangkan. Boleh juga diberi permainan yang mendukung motoriknya, seperti rollerskate, sepeda, atau bola dan keranjang basket.

Jenis mainan yang direkomendasikan: papan tulis kecil, buku mewarnai, kitchen set (anak bisa berimajinasi menata ruang dapur), ular tangga (untuk melatih kreativitasnya berstrategi), dll. Berbagai permainan tradisional juga bagus, terutama untuk mendukung kemampuan bersosialisasinya.

Lalu, apakah periode bermain berhenti saat anak mulai sekolah atau di atas lima tahun? Tentu tidak. Manusia adalah makhluk yang terus bermain sepanjang hidupnya. Hanya, untuk mainan-mainan buah hati ketika usianya di atas lima tahun, Anda bisa mendiskusikannya dengan guru-gurunya di sekolah.

Dan yang terpenting, pastikan Anda tidak salah memilihkan sekolah untuk anak. Sebab bila salah, akibat jangka panjangnya bisa fatal.

- Tulisan Arta Nusakristupa