Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Content Marketing: Cool, Cuek, Jaim

- Oleh Ino Permana

Secara guyonan, ada yang memelesetkan content marketing sebagai cuek marketing atau jaim advertising. Betapa tidak, kegiatan content marketing adalah membagi-bagikan konten yang berguna untuk khalayak. Seolah-olah sebagai perusahaan, ia sudah tidak butuh jualan dan uang Anda lagi. Seakan-akan kita bilang, “Anda beli dari kami, syukur. Tidak beli, kita tetap berteman, kok.” Wah, keren, bukan? Berwibawa, bukan?

Meskipun, itu omong kosong! Semua orang tetap butuh barangnya laku. Semua perusahaan pasti tetap mau menerima uang Anda.

Tapi, saking bagus dan bergunanya konten yang dibagikan dalam kampanye content marketing, tidak ada yang melihat itu sebagai usaha untuk menjual produk. Prinsipnya, "Berikanlah solusi untuk masalah-masalah kecil konsumen, maka mereka akan datang kepada Anda untuk mendapatkan solusi dari masalah yang lebih besar."

Kebijakan content marketing memang sering bertolak belakang dengan traditional marketing. Pemasar tradisional biasanya berteriak-teriak, "Belilah produkku! Pelayananku yang paling hebat! Paling laris!" Kalau masih juga tidak laku, mereka akan berteriak lebih kencang, “Hei, harga kami paling murah sedunia, lho! Sedang ada diskon gila-gilaan! Banting harga!"

Bayangkan, kalau kita sering mendengar himbauan-himbauan seperti ini setiap hari, lama-lama eneg, bukan? Konsumen pun akan bisa merasakan bahwa pemilik produk ini sekadar memanfaatkannya untuk keuntungan perusahaan. Konsumen dipandang sebagai objek penghasil uang yang bisa dimanfaatkan setiap kali lengah. Padahal, justru konsumenlah yang ingin memanfaatkan produk itu untuk kepentingannya sendiri.

Di negara-negara maju, content marketing sudah sangat banyak dipakai untuk memasarkan produk. Tapi di Indonesia, konsep ini masih sedikit asing. Masih perusahaan-perusahaan besar saja yang menjalankannya.

Padahal, content marketing sangat efektif untuk membina hubungan jangka panjang dengan para konsumen atau calon konsumen. Strategi ini dapat menanamkam kepercayaan bahwa Andalah yang paling ahli, yang bisa memberikan jalan keluar untuk problem-problem mereka.

Sehingga di benak mereka, pelan tapi pasti, akan terpatri brand Anda. Sehingga, setiap ingat permasalahan yang mereka hadapi, langsung yang terpikir pertama adalah brand Anda. Tentu saja, maksudnya untuk permasalahan-permasalahan yang relevan dengan produk atau jasa Anda.

Jangan sampai, brand Anda dipersepsikan bukan sebagai solusi oleh konsumen. Jangan sampai mereka hanya melihat Anda sebagai sales yang berusaha merampas uang dari dompet Anda dengan rayuan-rayuan template-nya. Dan tak kalah penting, jangan sampai pesaing Anda yang terlebih dahulu menerapkan terlebih dahulu content marketing alias cuek marketing.

Kita tahu, pria atau wanita yang cuek, seringnya malah terlihat cool dan menarik, bukan?

Post a Comment for "Content Marketing: Cool, Cuek, Jaim"